Kenyataan berbanding terbalik
Di sini aku dihadapkan oleh kenyataan yang berbanding terbalik, bukannya tidak sesuai ekspetasi, tapi sifat yang terkesan tertukar satu sama lain. Dahulu dari pihak sebelah lah yang berusaha, mencari cara, bahkan mengalah. Namun sekarang sifat itu digantikan oleh pihak samping. Dulu yang terkesan cuek, ambisius dengan tujuannya, sekarang di tempati pihak sebelah.
Heran, kenyataan dan doa tentang tuhan yang membolak – balikan hati adalah memang benar adanya. Tapi yang telah baik pun tak lupa dia balik juga, mungkin jika ada seseorang yang ikut memahami alur ini, pasti juga berkata bingung dan bimbang melihat fenomena yang gila ini.
Bukan lagi sedih yang aku dapat tapi, bingung. Bingung dengan alur kehidupan yang serasa di balik begitu saja bukan malah mendapati ujung masalah tapi serasa diputar kembali dengan alur yang sama, lingkungan yang sama, hanya saja karakter yang di set ulang.
Sedihnya lagi, aku sebagai anak kecil yang baru dewasa, baru mengerti kebangsatan dunia, diharapkan untuk meluruskan masalah ini. Serasa hari – hari merasa bersalah jikalau bersifat acuh tak acuh, juga bersalah jika ikut campur dengan lingkaran setan ini.
Selanjutnya dengan saran – saran gagal yang aku ungkapkan di hari lalu, tiba – tiba saja di pihak yang menolak dulu menerima bahkan meminta, begitu pula dengan pihak yang menerima, sekarang berubah merasa terhina jika menerima permintaan itu.
Masa bodoh
Ayolah, aku yang dahulu memang beridealis untuk menyebarkan kebenaran, menjadi pendengar dan penenggah seolah – olah hanya aku yang bisa ( memang ), juga sekarang yang aku sendiri pun malas bahkan sebenarnya tak mau lagi ikut gulat tanding petarungan ini ( Tidak lupa, aku juga di balikkan perasaanku ) diharuskan untuk memulai apa yang aku belum mulai dulu.
Dulu yang berpikir seolah – olah jalan pasti ada dan lagi tuhan yang selalu di nomor satukan. Berbanding terbalik dengan aku yang sekarang dengan sifat pesimis tak lagi mau berjuang, bahkan ingin rasanya menghindari setiap keputusan yang mereka buat, malahan tak ingin tahu menahu.
Memang tak ada lagi kata perasaan untukku, sulit rasanya melihat diriku tersenyum untuk diriku sendiri di depan cermin, seolah tak ada lagi yang bisa aku harapkan untuk diriku sendiri. Aku yang dulu menjumpai banyak mimpi pun takluk dengan kenyataan hidup yang pahit. Sial rasanya dikala aku hanya ingin fokus dengan satu tujuan yang tak tentu, tapi di halang – halangi dengan masalah yang tak berujung selesai. Sampai – sampai sifat ku yang tegar dan kuat terkikis sedikit demi sedikit oleh waktu, malas menghadapi dunia, benci dengan hubungan, merasa jijik dengan asmara.
Berakhir dengan rasa bersalah
Menulis, menulis, mengeluh hanya itu yang bisa aku lakukan, ingin di nasehati tapi tak ingin diberi jawaban. Berselisih dengan harapan karena tau dengan kenyataan, berdebat perihal mana yang benar mana yang salah yang akhirnya berakhir dengan aku sendiri lah yang sebenarnya benar – benar salah.
Berbincang ber jam – jam untuk mendapatkan nasehat, sekarang tergantikan oleh haus akan perhatian. Beribadah setiap saat di lengserkan oleh mengeluh, ya begitulah aku yang mungkin saja tak tahu lagi siapa aku, serasa hilang setiap jengkal kepribadian, dan tergantikan oleh sifat daur ulang dari orang – orang yang sok peduli, sok benar dan pastinya kepahitan dunia.
Inilah aku yang sekarang lebih menyukai tinta di atas kertas bukan dengan orang yang datang memelas, seperti sudah lelah melihat yang tidak tentu, baik melihat sesuatu yang nampak dan tak berubah.
Salam merdeka,
Muhammad Fauzan,
On Blogger since, 2020
Manusia Merdeka