Judul Buku | : | Catatan Mahasiswa Gila |
Penulis | : | Adhitya Mulya |
Penerbit | : | Mahaka Publishing |
Cetakan | : | Pertama |
Tahun Terbit | : | April 2011 |
Tebal | : | 181 Halaman |
ISBN | : | 978-602-98-8-8 |
Diambil dari catatan blog dalam rentang waktu 2002-2005 yang sebagian masih bisa dibaca kembali di situs aslinya, www.suamigila.com. Walaupun terkesan ringan tetapi buku yang habis dibaca sekali duduk ini menyimpan banyak hikmah. Belum lagi, semua tulisan didalamnya dibuat berseri dengan judul Seri Penelitian Ilmiah dari seorang Profesor yang nampak tidak bersahabat dengan nasib.
Yang mengesankan adalah fakta bahwa mahasiswa ganteng (baca: gila) ini mampu menghadirkan suasana santai penuh kelucuan sambil memberi kita banyak pelajaran. Misalnya, pada saat akan membuat tiang pancang untuk domba kurban. Sungguh suatu pelajaran hidup yang sepele namun kadang terlupakan.
Simak cerita tentang pertemuan si ganteng dengan kawan lamanya, Hendar. Apakah pembaca setuju bila si ganteng ini berhasil membantu Hendar maka akan menambah kegantengannya? Belum lagi kisah dengan Wiwin, Titin, Mimin, Dimsen, cerita PKL di Batam dan masih banyak kejanggalan semasa kuliah yang berkorelasi dengan menurunnya IP (indeks prestasi).
Favorit saya adalah catatan yang berjudul "Life Happens". Saya sempat membacanya di suamigila.com. Bahkan sampai mengulang beberapa kali. Kalau boleh, dari sekian catatan, saya nobatkan tulisan ini sebagai tulisan paling bermakna untuk saya.
Momen favorit lainnya adalah ketika pemeran Jusuf di Travelers Tale ini bertualang seharian hanya untuk mencari Majalah Pria terbitan Maret 1999 dengan Nyla Bernadette sebagai covernya. Untung saja, Adithya* masih waras untuk tidak meniru gaya Nyla dalam bukunya ini. Salut untuk Dimsen yang rela meninggalkan kelas kuliah demi menemani sahabat gilanya ini.
Masa kuliah adalah masa pengukuhan jati diri. Masa dimana hidup akan ditentukan. Saya rasa, tidak ada salahnya untuk tidak terlalu serius dalam menggarap kuliah. Toh, mahasiswa semacam Aditya* dan Dimsen mampu melakukan reverse engineering untuk meyakinkan dosen pembimbing mereka bahwa mereka layak mendapatkan nilai A tanpa presentasi. Ada momen-momen tertentu yang mengharuskan kita untuk fokus. Namun, ada kalanya hidup tidak melulu serius. Toh, mereka juga akhirnya bisa lulus.
Memasuki akhir buku ini, penulis mengajarkan kita bahwa kuliah itu tidak hanya untuk sekedar kuliah. Ada sesuatu yang harus kita pelajari ditempat lain dengan cara yang lain pula. Ada pergeseran dari nuansa komedi ke nuansa yang lebih kontemplatif. Life is so fantastic. Fortunes available anywhere and it's inevitable.