Kalimat yang sering kali mengesalkan
Kalimat yang sering kali mengesalkan, tiba – tiba muncul di kala ingin bercerita ke seseorang, berharap mendapat kepuasan dan perasaan lega, namun nyatanya kita sebenarnya tahu jawaban seperti apa yang bakal muncul dari mulut teman kita.
Kita yang tahu betul masalah, namun bodohnya kita malah mencari jawaban dari orang lain. Kita sangat mengerti yang kita inginkan, kita ingin di bela, walalupun selalu di tutupi kesan kasihan.
Belum lagi mendengarkan nasehat atau jawaban yang sebenarnya kita sendiri sudah memprediksi itu. Rasanya ingin menampar wajah sendiri, karena kita sudah tahu apa yang harus dilakukan tapi segan dengan ego sendiri.
Serba salah, salah diri sendiri, juga mungkin orang lain yang malah memberi nasehat yang benar – benar buruk. Salah menyalahkan dunia yang terkesan tidak adil, padahal kita tahu betul itu semua karena kita.
Seperti pecandu, sakaw ingin bercerita
Cerita, tidak, cerita, tidak, ...
Begitu bingung, rasanya ingin sekali terhindar namun malah terkesan selalu menyelip di pikiran. Tahu itu bakal berakibat buruk, tahu itu akan menjadi sesuatu yang nagih, tapi tetap saja menyesal di akhir, terulang - ulang. Sampai akhirnya, membocorkan, sedikit...
Sedikit cerita, sedikit demi sedikit, hanya untuk menciptakan perasaan lega, yang malah terus menerus bercerita sampai – sampai itu berakibat buruk untuk lingkungan kita. Teman yang malah menganggap kita orang yang bermasalah tanpa masa depan.
Karena sudah candu, berkeinginan berat untuk bercerita membuat diri kita bingung mencari di mana lagi tempat yang tepat untuk bercerita. Akhirnya bercerita di manapun tempat, sudah tidak lagi memikirkan perasaan orang, hanya memikirkan ego sendiri untuk mendapat kepuasaan diri.
Padahal jika kita tahu apa yang dipikirkan orang lain, mungkin kita tidak lagi dianggap orang yang mempunyai masalah, tapi orang yang menyedihkan.
Salam merdeka,
Muhammad Fauzan,
On Blogger since, 2020
Manusia Merdeka