Judul Buku | : | Islamku, Islammu, Islam Kita |
Penulis | : | Edi AH Iyubenu |
Penerbit | : | Diva Press |
Cetakan | : | Pertama |
Tahun Terbit | : | Desember 2018 |
Tebal | : | 196 Halaman |
ISBN | : | 978-602-391667 |
Telah banyak orang mengaku mencintai Islam, boleh jadi termasuk kita. Akan tetapi, sulit untuk menilai siapa saja yang masuk kategori benar-benar cinta terhadap Islam, karena setiap orang mempunyai cara berbeda-beda untuk mengekspresikan cintanya. Ada. yang dengan cara lembut dan halus, ada juga yang dengan cara keras menggebu-gebu dan berapi-api.
Boleh-boleh saja kita mengekspresikan cinta kita terhadap Islam dengan cara bagaimanapun yang kita yakini. Akan tetapi, kita tidak boleh lupa bahwa secara prinsipiel, Islam mempunyai orientasi menebarkan perdamaian antar sesama manusia dan alam semesta. Maka, ujung dari berbagai ekspresi kita harusnya bermuara di situ.
Namun, faktanya, kebanyakan umat Islam sekarang ini hanya sebatas mengaku mencintai Islam, tetapi prilakunya tidak mencerminkan itu. Yang mereka lakukan malah peperangan antar golongan, pertumpahan darah dan menciptakan sekat dalam pergaulan sosialnya. Masing-masing mereka merasa paling benar dan menganggap lainnya sesat.
Alih-Alih menjalin persaudaraan, justru permusuhan yang terjalin di antara mereka. Dengan kepercayaan diri yang tinggi untuk mengaku paling benar, timbul inisiasi untuk mendiskredit yang lainnya. Hal ini berakibat pada semakin sulitnya upaya bernegosiasi untuk saling damai, sementara sekat disintegrasi semakin kuat. Suatu hal yang sepatutnya dihindari.
Kita mesti ingat bahwa hal ini adalah cara yang salah. Kecintaan terhadap Islam seharusnya tidak mengancam jiwa siapapun, apalagi jiwa sesama muslim. Berdasar pada pengertian dan ajaran Islam yang jika dikerucutkan pada sebuah karakter dasar, yaitu keselamatan dan kedamaian, maka perbuatan kita mestilah tidak bertentangan. Keselamatan yang dimaksud adalah tidak hanya terbatas untuk diri sendiri, akan tetapi juga pada orang lain di sekitarnya. Dalam artian, keselamatan yang harus diperjuangkan adalah keselamatan setiap insan.
Ketika keselamatan bersama menjadi jaminan setiap manusia atas rasa cinta kita, maka dengan sendiri akan memandang setiap mausia adalah sama. Sama-sama harus diselamatkan. Oleh karenanya, tidak perlu ada yang dikucilkan dan tidak ada. Di sinilah perdamaian akan hadir.
Pecinta Islam sejati idealnya akan melakukan hal demikian. Ia selalu siap menjamin keselamatan umat manusia tanpa pandang bulu dan mengikatnya dalam jalinan persaudaraan yang damai dan tenteram. Pandangan mengenai perbedaan akan semakin dipersempit sementara persamaan akan diperlebar. Toh di mata Tuhan, derajat semua manusia sama. Masihkah kita merasa unggul dari yang lain?
Edi AH Iyubenu, lewat buku ini, menyampaikan kepada kita bahwa seharusnya mencintai Islam diekspresikan dengan cara merangkul sesama manusia dan mengintegrasikan ukhwah, bukan malah memecah-belahkan atau membinasakannya. Dengan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna, dia mengisyaratkan bahwa seperti apapun perbedaan yang melekat pada diri setiap kita harus bisa diterima secara legawa. Jadi, tak perlu dijadikan konflik. Islam itu damai, maka mencintainya juga harus dilakukan secara damai.