Muhammad Fauzan
Muhammad Fauzan Gue biasa dipanggil “Ozan” lahir dengan sehat pada tanggal 17 Mei 2000, Gue kuliah di UIN Alauddin Makassar, Jurusan Sistem Informasi. Facebook Twitter Instagram

Politik Jatah Preman By Ian Douglas Wilson

No comments





Judul Asli : The Politics Protection Rackets In Post-New Orde Indonesia Coercive
Judul Terjemahan : Politik Jatah Preman, Ormas dan Kuasa Jalanan di Indonesia Pasca Orde Baru.
Penulis : Ian Douglas Wilson
Penerjemah : Mirza Jaka Suryana
Penerbit : CV. Marjin Kiri
Cetakan : Pertama
Tahun Terbit : Desember 2018
Tebal : 315 Halaman
ISBN : 978-979-1260-83-1

Dalam buku ini disebutkan bahwa kata ‘preman’ merupakan kata serapan dari bahasa Belanda, yaitu ‘vrijman’ yang mempunyai arti ‘Orang Merdeka’. Merdeka adalah orang yang bebas dari otoritas perbudakan. Namun, dalam bahasa sekarang, kata ini lazim diistilahkan kepada orang-orang berandalan, penjahat kecil dan tukang palak. Mereka cenderung mengancam jiwa-jiwa setiap orang yang tidak memnuhi keinginannya. Karena sifatnya yang membuat warga lain takut, preman-preman itu diperalat oleh negara untuk menertibkan publik.

Pada masa Orde Baru, mereka dijadikan ‘mesin raksasa kekerasan negara’ untuk mempertahankan kekuasaaan rezim Soeharto. Tak lupa, mereka juga melindungi kekuasaaaan Soeharto selama seperempat abad lebih dengan menepis segala macam kritik dan aspirasi yang disampaikan oleh rakyatnya atas dasar ketidakpuasannya. Tukan kritik diculik dan disiksa habis-habisan dan perlakuan itu dilegalkan oleh negara. Pada saat itu memang sulit membedakan antara ‘negara’ dan ‘kriminalitas’ dan hal demikian terjadi bukan tanpa disengaja.

Menjelang priode awal reformasi, Soeharto tumbang dari kursi kekuasaannya. Tapi, preman-preman ini tetap bertahan dalam posisi yang sama, hanya saja kursinya berbeda. Kursi selanjutnya diberikan oleh elit partai, sehingga dengan demikian, mereka bertugas dibawah naungan partai.

Ketika pengganti Soeharto, B.J. Habibie menyerukan digelarnya pemilu multipartai pada bulan Juni 1999, dalam sekejap, banyak partai bermunculan dan yang sudah lama mati, bangkit dari kuburnya. Bendera-bendera partai banyak berjejer di pinggir jalan dan pos-komandan (posko) banyak didirikan.
Posko tersebut mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai tempat nongkrong (ngopi) sekaligus perekrutan pemuda-pemuda daerah untuk menjadi petugas partai dan sebagai pusat keamanan daerah. Sebagaimana keamanan, penghuni posko tersebut adalah orang-orang berkarakter kasar, meskipun menurut Wilson juga ramah.

Orde Baru dan Reformasi hanya beda waktu. Tetapi, dalam kegiatan politiknya masih tetap saja sama-sama dihuni oleh preman. Preman memang diberi jalah politik.

Fenomena ini disaktikan secara langsung oleh Wilson saat tinggal di Bandung pada tahun 1999 untuk proyek tulisan ini. Ia juga menjadi saksi primer dalam sejarah preman politik Indonesia. Oleh karenanya, semua insiden yang ditulis dalam buku ini kemungkinan besar betul-betul terjadi di depan matanya.

Wilson menulis buku ini didasarkan pada riset lapangan yang intens dan panjang. Oleh karenanya, tulisan ini memuat analisis komprehensif mengenai sejarah politik Indonesia Pasca Orde Baru. Penyampaian gagasannya mengenai perspektif kesejarahan cukup cemerlang dan jelas sehingga sangat layak untu dibaca oleh pelbagai kalangan.

Muhammad Fauzan
Muhammad Fauzan Gue biasa dipanggil “Ozan” lahir dengan sehat pada tanggal 17 Mei 2000, Gue kuliah di UIN Alauddin Makassar, Jurusan Sistem Informasi. Facebook Twitter Instagram

Comments

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, !