Mudahnya akses media sosial
Media sosial atau yang biasa kita sebut medsos ataupun sosmed tentunya tidak asing lagi di telinga kita. Sebab, hampir semua orang mempunyai media sosial baik itu facebook, twitter, whatsApp, instagram dan lain-lain hal ini sesuai dengan hasil survey tahun 2017 yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bahwa sebanyak 143,26 juta jiwa dari 262 juta jiwa menggunakan internet dan 87,13% diantaranya menggunakan media sosial. Medsos merupakan salah satu wadah yang digunakan untuk memperluas relasi, bebas menyebarkan informasi dan menerima berbagai informasi tanpa adanya filter tentang kebenaran mengenai informasi tersebut.
Mudahnya menyebarkan dan mengakses informasi di medsos membuat para ‘pemilik kepentingan’ berlomba-lomba membuat berita-berita yang ‘menceritrakan’ tentang diri mereka ataupun membuat berita yang dapat melemahkan pihak lain sehingga membuat pihak lain memiliki citra yang buruk di hadapan masyarakat. Namun, berita-berita ini tidak dilakukan sendiri oleh sang pemilik kepentingan tetapi dibantu dengan para buzzer. Menurut Fathir (2019) Buzzerp merupakan seseorang yang bertugas untuk menyebarkan berita, baik itu benar atau palsu, agar terjadi desas desus sehingga mengubah persepesi masyarakat. Persepsi yang sesuai kenyataan atau yang benar jadi salah atau yang salah jadi benar. Dengan tujuan materi seperti uang. Adanya buzzer ini tentu akan membawa dampak yang besar terhadap opini masyarakat, dimana kebanyakan masyarakat awam sangat mudah mempercayai berita hoax, merasa bahwa apa yang mereka baca di media sosial adalah sebuah kebenaran tanpa mencari tahu fakta dari berita yang dibaca.
Alat kampanye kelompok
Pada awalnya buzzer digunakan untuk mempromosikan produk-produk dengan menggunakan bayaran ataupun secara Cuma-Cuma. Namun, seiring berjalannya waktu buzzer beralih fungsi menjadi buzzerP. Buzzer tidak lagi menjadi alat untuk mempromosikan produk tetapi digunakan sebagai alat untuk kampanye mengambil hati masyarakat maupun alat untuk memprovokasi masyarakat. Selain itu, dalam menjalankan aksinya Buzzerp tidak melakukannya sendirian namun dilakukan dalam kelompok yang terdiri dari 10-15 orang dengan jumlah akun akronim yang bisa ratusan per orang sehingga sangat mudah untuk membuat sebuah berita menjadi viral.
Para pemilik kepentingan akan menyewa buzzerp-buzzerp professional untuk mendekati masyarakat dengan cara membuat kicauan-kicauan yang dapat menarik hati masyarakat di media sosial sehingga sang pemilik kepentingan memiliki citra yang baik di hadapan masyarakat ataupun membuat berbagai kicauan yang dapat melenyapkan semua rumor buruk yang dialami oleh klien mereka . Jika sebatas kampanye untuk membuat pamor naik itu bukanlah sebuah masalah, yang menjadi masalah adalah ketika buzzer ini diarahkan untuk membuat pesan yang mengarah pada melemahkan pihak lain dan membuat pesan yang dapat menimbulkan perselihan diantara masyarakat. Misalnya saja pada pemilihan presiden, dimana cucu presiden republik Indonesia Jan Ethes sempat menjadi viral, merupakan salah satu cara buzzer memperlihatkan keharmonisan keluarga bapak Jokowi dan sebaliknya memperlihatkan kegagalan bapak Probowo dalam membina hubungan rumah tangga. Tentunya berbagai berita-berita yang disebarkan Buzzerp ini dapat memicu berbagai opini masyarakat terhadap dua tokoh di atas. Masyarakat bisa saja berpikir bahwa Jokowi lebih baik dari Prabowo ataupun menganggap bahwa apa yang diberitakan hanya merupakan sebuah pencitraan. Perbedaan pemikiran dapat menyebabkan perselihan diantara masyarakat, aksi saling membela hingga menghujat di kolom komentar takkan bisa lagi terelakkan hanya untuk mempertahankan opini yang menurut mereka benar tanpa tau maksud dan tujuan berita tersebut disebarkan.
Oleh karena itu,Buzzerp di Indonesia harus bisa dilenyapkan sebab mereka dapat mengancam persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan melihat bagaimana buzzer ini dengan mudahnya mampu mengubah opini masyarakat dan menyebabkan berbagai selisihpaham di media sosial yang bisa berujung pada perselisihan dalam dunia nyata.serta para buzzer ini mampu menjatuhkan atau melemahkan kepribadian seseorang yang bisa berpengaruh terhadap hilangnya kepercayaan diri dan kepercayaan masyarakat terhadap seseorang yang menjadi target buzzerp. Selain itu, sebagai masyarakat kita harus bisa memilah mana berita yang benar sesuai fakta dan mana berita yang benar hanya karena sebuah opini. Bijaklah dalam memilih bacaan.
Salam merdeka,
Muhammad Fauzan,
On Blogger since, 2020
Manusia Merdeka